DATA SUMBER DAYA ALAM DAN KOMODITAS
DESA SUNGAI KAKAP
Disusun oleh: Raditya Fadhil Arva
KKN-PPM Universitas Gadjah Mada | Suasei Kakap | Periode 2 Tahun 2024
- Perikanan
Nelayan menjadi mata pencaharian utama di desa ini, sudah sewajarnya sektor perikanan menjadi mayoritas dalam hal sumber daya alam. Hasil tangkapannya pun bermacam-macam mulai dari ikan-ikan khas daerah payau, udang, sotong, kepiting, dan lain-lain. Hasil tersebut kemudian dibawa ke tempat pengumpulan/pelelangan ikan (TPI), dimana ikan dimasukkan ke dalam kotak berisi es supaya awet. Ikan-ikan segar tersebut langsung dijual ke luar daerah maupun ke pasar lokal. Selain itu ada pula yang mengirimkan hasil tangkapannya ke tempat pengolahan ikan baik rumahan maupun industri, seperti contohnya ikan asin kering, kerupuk ikan, kerupuk udang, udang ebi, dan lain sebagainya.
Hasil tangkapan ini berbeda-beda tergantung dari jenis kapal dan alat tangkapnya. Berdasarkan ukurannya, kapal nelayan dibagi menjadi dua, yakni kapal kecil (sampan) dan kapal besar. Untuk kapal kecil atau biasa disebut warga desa sebagai sampan biasa ditemukan singgah di area tepi sungai kakap, terutama dekat daerah pasar. Untuk kapal besar yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk masuk melewati Jembatan Bintang Toedjoeh biasa singgah di pinggiran muara sungai. Sedangkan untuk kapal besar penangkap cumi-cumi bisa ditemukan di area pesisir muara sungai kakap. Kebanyakan kapal-kapal ini sudah dilengkapi dengan propeller bertenaga mesin diesel termasuk kapal sampan sekalipun. Namun tidak semua kapal memiliki alat atau mesin untuk membantu proses penangkapan ikan. Perbedaan ukuran kapal ini didasari pada perbedaan alat tangkap, hasil tangkapan, jumlah tangkapan, serta jarak tempuh pelayaran.
Kapal sampan, dengan ukuran dan ketersediaan tempat yang terbatas, tentu tidak bisa dipasang berbagai macam peralatan tambahan. Hanya terdapat satu mesin diesel yang terpasang ke shaft propeller untuk mendorong kapal. Sisa tempat dipakai untuk nelayan, alat tangkap, serta hasil tangkapannya. Oleh karena itu mayoritas nelayan yang menggunakan kapal jenis ini menarik alat tangkap secara manual (dengan tangan). Itu juga membatasi jarak tempuh pelayaran, yang berdampak langsung pada jenis dan jumlah hasil tangkapan. Biasanya kapal jenis ini hanya berlayar sampai ke perairan dangkal, dengan jumlah tangkapan yang tidak terlalu berat.
Sedangkan untuk kapal besar biasanya sudah dilengkapi mesin-mesin penarik untuk membantu proses penangkapan ikan. Berikut adalah beberapa jenisnya:
- Winch
Merupakan perangkat mekanis yang digunakan untuk menarik atau menggulung beban berat seperti jangkar atau tali jaring. Winch ini dapat dioperasikan secara manual atau dengan bantuan motor listrik atau hidrolik, tergantung pada desain dan ukuran kapal serta beban yang akan ditangani. Terdiri dari beberapa komponen utama: drum/silinder, motor penggerak, gearbox, rem/pengunci, serta sistem kontrol.
https://balebetenajuku.blogspot.com/2017/03/teknik-pengoperasian-alat-tangkap-pukat.html
Saat ini kebanyakan winch sudah digerakkan oleh motor, biasanya kapal menggunakan satu motor diesel yang sama untuk memutar propeller dan winch ini. Maka dari itu diperlukan sistem gearbox untuk transmisi putaran dari motor diesel ke winch. Gearbox itu sering disebut oleh orang lokal sebagai “gardan”. Alat ini mengubah putaran dari driver shaft yang terhubung ke mesin diesel melalui sepasang pulley & belt, mereduksi kecepatan dan mengubah arah putaran 90 derajat dengan bevel gear yang terhubung ke winch shaft di kanan dan kiri. Sistem kontrol dari winch ini berupa tuas yang terdapat pada komponen pulley & belt, dimana apabila tuas ditarik, belt akan kencang, sehingga pulley gardan mulai bergerak seiring berputarnya mesin. Pada aplikasi penarikan jaring dimana kapal berhenti, clutch pada propeller shaft dilepas sehingga baling-baling kapal diam, sementara tuas ditarik sehingga winch pun berputar.
https://jip.gridoto.com/read/262211424/pilihan-subtitusi-final-gir-dan-gardan-untuk-performa-jimny-anda
- Hauler
Fungsinya mirip seperti winch meskipun lebih berfokus ke penarikan alat tangkap ikan seperti jaring/jala, pukat, dan lain sebagainya. Perbedaannya terletak pada desain struktur dan mekanisme kerjanya. Komponen hauler meliputi: roda beralur (biasanya menggunakan ban karet), sistem transmisi, motor penggerak dan sistem kontrol. Prinsip kerja dari mesin ini memanfaatkan gaya gesek, dimana tali ditarik mengikuti roda yang berputar. Orang-orang lokal biasa menyebut mesin ini dengan sebutan “robot”.
Untuk sistem transmisinya beragam, mulai dari rangkaian pulley & belt, full gearbox (gardan), maupun hybrid keduanya. Untuk motor penggeraknya bisa menggunakan mesin diesel yang sama dengan penggerak kapal, maupun mesin diesel yang berbeda. Ada pula yang menggunakan pompa hidrolik. Sedangkan untuk sistem kontrol biasanya menggunakan tuas. Perbedaan lain dari winch dan hauler, ialah winch bisa digunakan untuk menggulung tali atau jaring, sedangkan hauler tidak, ia hanya ditujukan untuk menarik tali.
- Crane
Biasa disebut ”crane boom”, “trawl crane”, atau tarikan hidrolik. Alat ini hanya bisa ditemukan pada kapal-kapal besar yang khusus mengingat ukurannya yang cukup memakan tempat. Adapun prinsip kerja alat ini memang didasari pada tenaga hidrolik. Pada ujung tiang terdapat katrol atau biasa disebut “trawl block”, sedangkan sistem penggulung berada di bawah. Komponen-komponen dari mesin ini meliputi: boom, winch, hook atau pengait, dan sistem hidrolik. Boom merupakan lengan yang panjang, winch digunakan untuk menarik tali, tenaganya bisa dari motor listrik, diesel, maupun hidrolik. Pengait digunakan untuk mengaitkan tali ke jaring pukat. Sedangkan sistem hidrolik digunakan untuk menggerakkan boom maupun winch.
https://www.ajnn.net/news/warga-suak-seumaseh-amankan-enam-boat-nelayan-gunakan-pukat-trawl/index.html
Sementara untuk alat tangkapnya sendiri juga beragam jenisnya. Pada kapal kecil (sampan) alat tangkap yang biasa digunakan adalah rawai, ambai, jala, bubu maupun pukat kecil. Sedangkan pada kapal besar alat tangkapnya bisa berupa rawai, bubu, berbagai macam pukat dan berbagai macam jaring.
- a) Rawai
Dalam bahasa inggris disebut “long line”. Merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang terdiri dari serangkaian tali panjang dengan banyak cabang atau tali tambahan yang lebih pendek, yang disebut cabang rawai. Pada setiap cabang rawai ini, terdapat kail yang diberi umpan untuk menarik ikan. Ada pula pelampung untuk menjaga rawai tetap mengambang, atau pemberat (biasanya timah) untuk menjaga rawai tetap di dasar, tergantung jenis tangkapan yang diinginkan. Rawai dapat digunakan baik di perairan laut, payau maupun air tawar dan mencakup berbagai kedalaman yang berbeda.
https://brainly.co.id/tugas/26664729
Panjang alat tangkap rawai pun berbeda-beda tergantung kapalnya. Untuk kapal sampan, panjangnya berada di sekitar 100 – 200 meter. Sedangkan pada kapal besar, panjangnya bisa mencapai 1 km atau lebih. Setiap satu meternya terdapat satu tali/plastik cabang dengan kail pancing. Setiap tiga meter terdapat satu pemberat timah atau pelampung. Berikut cara kerja rawai (manual, kapal sampan):
- Memasang umpan berupa udang atau ikan-ikan kecil pada kail-kail rawai yang telah disusun di dalam bak/ember besar.
- Mengikat salah satu ujung tali rawai ke sebuah tiang kayu yang terletak di tengah laut, tujuannya supaya rawai tidak kabur pada saat ditinggal.
- Mengemudikan kapal menjauhi tiang tersebut, sehingga tali rawai akan terjatuh ke laut secara memanjang.
- Menunggu selama kurang lebih satu atau setengah hari, bisa ditinggal kembali ke darat.
- Kembali ke tiang kayu yang sebelumnya, lalu menarik tali rawai dari posisi itu.
- Selagi menarik, apabila ada ikan yang tersangkut di kail pancing, cabut ikan tersebut dan masukkan ke dalam tempat penampungan ikan (bisa keranjang atau ember).
- Menyusun tiap kail di tepi bak/ember secara berurutan sekaligus menata tali rawai dengan rapi, supaya tidak kusut.
- Alat rawai pun siap digunakan kembali.
Pada kapal sampan, hasil tangkapan rawai biasanya berupa ikan duri, ikan sembilang dan ikan gulama. Sedangkan pada kapal besar, hasil tangkapan rawai meliputi ikan gulama, ikan senangin, ikan patin.
- b) Ambai
Merupakan salah satu alat tangkap ikan/udang tradisional bertipe statis yang digunakan di beberapa wilayah, terutama di Indonesia. Ambai terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu atau kayu dan digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan di perairan dangkal, sungai, dan danau. Struktur bambu-bambu disusun membentuk kerucut atau segitiga, dimana di bagian ujungnya terdapat jaring penangkap yang dibiarkan terbuka. Tidak seperti alat tangkap lainnya, ambai diletakkan di tengah laut dangkal dan tetap berada di sana. Nelayan hanya perlu mengganti jaringnya apabila sudah mulai rusak atau berlubang.
Prinsip kerja ambai ialah memanfaatkan arus air. Ambai dibentuk sedemikian rupa untuk mengarahkan arus air laut, sedangkan arus tersebut membawa ikan-ikan atau udang masuk ke dalam jaring ambai. Jaring tersebut didesain mengarah ke dalam supaya ikan atau udang mudah masuk ke dalam, namun sulit untuk keluar, sehingga terjebak di dalamnya. Setelah beberapa waktu, nelayan akan memeriksa ambai dan mengangkatnya untuk mengambil ikan/udang yang terperangkap di dalamnya. Nelayan ambai biasanya menggunakan sampan, dengan hasil tangkapan berupa udang bajang, udang putih, ikan bilis, ikan pasir-pasir, ikan kiper.
- c) Jala
Merupakan alat tangkap ikan berbentuk jaring yang umumnya berbentuk bulat atau persegi panjang dengan bagian tengah diberi pemberat seperti timah untuk memastikan jaring turun ke dasar air saat dilemparkan. Jala dirancang untuk dilemparkan atau ditebarkan secara manual oleh nelayan dari darat, perahu, atau bahkan dari dalam air. Cara kerjanya, pertama nelayan melemparkan jala ke dalam air sehingga terbuka lebar, dan kemudian menariknya kembali dengan menarik tali yang terpasang di sekeliling jala. Pada proses penarikan inilah ikan-ikan yang kurang beruntung akan terjebak di dalam jaring. Jala biasa ditemukan pada nelayan sampan, dengan hasil tangkapannya yaitu udang galah, udang peci, ikan duri, dan ikan belukang.
https://www.sesawi.net/keluar-dari-kemapanan/
- d) Bubu
Bubu adalah alat tangkap ikan yang prinsip kerjanya mirip perangkap tikus. Bubu biasanya berbentuk seperti kerucut, tabung, atau persegi panjang. Terbuat dari bambu, rotan, kawat, atau plastik, dipilih berdasarkan ketersediaan lokal dan target tangkapan. Bubu dilengkapi dengan pintu masuk yang disebut "mulut bubu" atau “lubang masuk” yang mengarah ke dalam perangkap, di mana ikan atau hewan laut lainnya dapat masuk tetapi sulit keluar karena desainnya. Di wilayah Desa Sungai Kakap ini, susunan tali panjang digunakan untuk menghubungkan banyak bubu sekaligus, dan di setiap tali cabang bubu terdapat pelampung. Nelayan hanya perlu berlayar menuju pelampung untuk kemudian menarik tali bubu, mengambil hasil tangkapannya, memasang umpannya kembali (berupa udang atau ikan kecil), kemudian dilepas kembali ke dasar laut, sebelum akhirnya ditinggal selama satu hari. Alat tangkap bubu bisa ditemukan di sampan maupun kapal, dengan hasil tangkapan berupa ikan semah, ikan angsam, kepiting dan rajungan.
- e) Pukat
Pukat adalah jenis jaring yang lebih besar dibandingkan jala dan biasanya dioperasikan dengan bantuan perahu atau kapal. Pukat dapat memiliki berbagai bentuk dan ukuran tergantung pada jenis ikan yang ditargetkan dan metode penangkapan yang digunakan. Ada berbagai jenis pukat, seperti pukat harimau (trawl), pukat cincin (purse seine), pukat nilon: ikan tongkol, ikan selayar, ikan tenggiri. Pukat hiu: hiu, pari. Pukat karang: karang, ikan manyung, ikan ketambak, ikan kurisi bali, udang lobster. Pukat lingkung: ikan gaben, ikan sarden, ikan kembung, ikan tamban, ikan kelarau. Pukat sungkup: cumi, ikan gaben, ikan sarden, ikan kelarau, ikan bawal, ikan tamban. Ada pula jenis jaring kikis dengan hasil meliputi: ikan puput, cumi, ikan angsam, ikan bilis, ikan biji nangka, ikan buntal, rajungan, kepiting, ikan selangat, ikan bungketo, ikan kembung, ikan tamban, udang putih, udang dogol, udang wangkang, udang peci, udang merah, udang rotan.
https://nasional.kontan.co.id/news/bm-jaring-nylon-dinilai-membebankan-nelayan#google_vignette
- Nipah
Tanaman nipah (Nypa Fruticans) adalah salah satu jenis palem yang tumbuh di ekosistem mangrove dan lahan basah di daerah pesisir tropis, salah satunya banyak ditemukan di Desa Sungai Kakap. Ciri khasnya adalah batang bawah tanah (rhizome) yang kokoh dengan daun besar yang menjulang tinggi, berukuran hingga sembilan meter, menyerupai kipas. Tangkai bunganya yang panjang menghasilkan nira manis, yang sering disadap untuk berbagai keperluan. Nipah juga memiliki buah unik yang berbentuk bola dengan biji yang kenyal, mirip kolang-kaling. Tanaman ini mampu tumbuh di air payau dan berperan penting dalam ekosistem mangrove, menyediakan habitat bagi banyak spesies serta melindungi pantai dari erosi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Nipah
Di Desa Sungai Kakap sendiri, tanaman nipah menjadi salah satu komoditas yang cukup menjanjikan. Akan tetapi, pengolahan tanaman nipah di sini masih jarang. Hanya ada satu bagian dari tanaman nipah yang diolah hingga menjadi komoditas yang memiliki nilai jual, yakni daun nipah. Daun nipah yang tua dan kuat diolah menjadi kerajinan tangan seperti atap rumah, tulang daun dijadikan sapu lidi, sedangkan daun yang muda digunakan sebagai penggulung rokok di zaman dulu. Prosesnya melibatkan pemilihan, pengeringan (dengan sinar matahari), pengolahan, pengemasan hingga pemasaran. Sisanya, masyarakat lebih memilih mengonsumsi buahnya untuk mereka sendiri. Komoditas ini, apabila dikelola dengan bijak tentu saja dapat berpeluang tinggi menciptakan lapangan kerja baru sehingga akan sangat berdampak pada perekonomian warga.
https://ms.wikipedia.org/wiki/Atap_nipah
- Kelapa
Kelapa merupakan salah satu tanaman dengan potensi komoditas yang banyak dan menjanjikan. Di desa ini sebagian besar pemilik kebun kelapa memanfaatkan hasil panen buahnya untuk dijual langsung, entah dalam bentuk kelapa muda maupun kelapa tua. Sebagian kecilnya menjual tempurung kelapa entah secara langsung maupun dalam bentuk arang.
- Olahan Hasil Laut
Pengolahan hasil perikanan dari laut payau melibatkan berbagai teknik untuk mempertahankan kualitas, meningkatkan nilai tambah, dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan. Di desa ini, ada beberapa kelompok UMKM maupun perusahaan yang mengelola hasil laut seperti ikan asin, terasi, kerupuk ikan, udang ebi (mayoritas, sekitar 80%), kerupuk udang, dan sotong kering.
- Ikan Asin: Ikan yang diawetkan dengan cara penggaraman ini memiliki rasa asin yang khas. Proses ini membantu mengawetkan ikan dengan mengurangi kandungan air dalam ikan, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme yang bisa menyebabkan pembusukan. Ikan asin dapat diolah menjadi berbagai macam masakan, seperti tumisan, pepes, atau dijadikan lauk pendamping nasi. Salah satu UMKM ikan asin unggulan di Desa Sungai Kakap yang dibina langsung oleh BRI adalah Ikan Asin Kak Ros. UMKM tersebut telah menjual produknya baik secara offline maupun online, hingga menjangkau ke negeri sebelah yakni Malaysia.
https://borneoistimewa.com/produk-umkm/kuliner/ikan-asin-bilis/
- Terasi: Terbuat dari fermentasi udang atau ikan kecil, terasi memiliki aroma yang kuat dan rasa yang khas. Terasi sering digunakan sebagai bumbu dasar dalam berbagai masakan Indonesia untuk menambah cita rasa umami.
- Kerupuk Ikan dan Udang: Kerupuk ikan dan udang adalah camilan renyah yang terbuat dari olahan ikan atau udang yang dihaluskan, dicampur dengan tepung, lalu digoreng. Kerupuk ini sering dijadikan teman makan nasi atau sebagai bahan tambahan dalam masakan.
- Udang Ebi: Udang kecil yang dikeringkan ini memiliki rasa yang gurih dan sering digunakan sebagai penyedap rasa dalam masakan tumisan, sup, atau sebagai taburan pada nasi goreng.
- Sotong Kering: Sotong kering adalah cumi-cumi yang telah dikeringkan sehingga teksturnya menjadi keras dan memiliki rasa yang khas. Sotong kering sering dijadikan camilan atau bahan tambahan dalam masakan tumisan.